Kamis, 09 Oktober 2008

SAWER


Sawer 100 Ewu


SIANG ini aku bangga mendapat kehormatan sebagai lelaki penghibur untuk mengisi acara ‘Lomba Nyanyi Lagu Tegalan’ di Gedung Korpri Slawi Kabupaten Tegal. Akulah satu-satunya pencipta lagu tegalan yang mendapatkan kesempatan untuk mengisi jeda waktu saat dewan juri bersidang menentukan para juara lomba. Aku bangga karena eksistensiku sebagai pencipta dan penembang lagu-lagu tegalanku semakin menguat dan diakui di kalangan selebritis lokal dan para player Tegal, termasuk para pejabat.
Gedung Korpri penuh pengunjung ketika kami; aku, Lolita, dan Kades Cangring Agus Daliman memasuki ruangan. Aki lihat di depan ada Sekda Kabupaten Tegal, Moch Hery Soelistyawan duduk di deretan kurisi paling depan bersama istri. Di sebelahnya pencipta lagu tegalan sekaligus pengelola Radio Pertiwi Moch. Hadi Utomo yang menyelenggarakan acara lomba. Beberapa player orjen tunggal diantaranya M. Sholeh yang menggarap program aransemen lagu-lagu tegalanku tampak hadir. Juga Heppy, Lichin, Tono dan lain sebagainya. Dhimas Riyanto yang punya gawe acara bareng Pertiwi mondar-mandir sibuk. Tampak hadir pula para penyanyi lokal dari yang ecek-ecek sampai penyanyi yang sudah masuk dapur rekaman. Para penyanyi dari album ‘Sendehan Lawang’ Tuti, Erna, Windo Sapatuli, dan Amaruddin tumplek blek di sana. Aku duduk di belakang Pak Sekda disampingku Ita dan dibelakangku Linda istri Hadi Utomo.
Aku sedang asyik menikmati peserta lomba paling akhir membawakan lagu wajib ‘Sendehan Lawang’, ketika tiba-tiba Pak Sekda menoleh dan berkata.
“Ndelen Nang, kowen aja kur bisane gawe lagu lan adol kaset. Cacak kowen nyanyi, enyong pengin krungu suarane kowen. Ngko tak sawer 100 ewu ”
Aku merasa ditantang. Dalam hatiku berkata: “Wong kiye bakal ngrajug, kalau aku sudah mulai beraksi”. Dia belum tahu, kalau aku tanpa diberi sawerpun bakal maju menyanyi. Karena memang, aku menjadi bagian satu-satunya pengisi acara ini sebagai ‘lelaki penghibur’.
“Wani?”
Sekda Herry membakarku dengan menggunakan bahasa keakraban tegalan. Orang ini memang selalu familier dan merakyat. Aku sejak mengenal dia sebelum Pak Hry menjabat Sekda di Kabupaten Tegal, ketika dia menjabat Camat Dukuhturi, selalu tak pernah adigang adigung. Pak Hery merakyat betul, orangnya tegas, tangkas, senantiasa santun dan cukup pengertian terhadap para wartawan. Dia tak pernah menolak ketika diajak wawancara. Bahasa tegalannya cukup medok dan dia merasa bangga menggunakan bahasa tegalan walau dia dalam posisi jabatan tertinggi di Pemkab Tegal.
“Saya orang Tegal dan saya tak pernah malu menggunakan bahasa Tegal” kata dia suatu ketika.
Terhadap dia, aku tak segan-segan menawarkan barang dagangan album tegalan indie lebelku atau menawarkan buku-buku sastra baik kumpulan puisi maupun naskah drama, novelku dan semua buku sastraku. Dan kami bersahabat hingga dia menjadi Sekda Kabupaten Tegal.
“Satus ewu nggo kowen” katanya lagi memanas-manasi. Tapi aku pura-pura tak menunjukkan kebisaanku. Aku bahkan menampilkan mimik malu.
“Wis Nang, wani ora?”
“Duwite gawa mene dingin”
kataku kemudian.
“Nembang tuli. Ngko tak sawer. Sung, nggo kowen 100 ewu, aja water!”
Waktu yang kutunggu-tunggu dating juga. Peserta lomba terakhir berlalu dari panggung pertunjukkan. Maju ke atas pentas pembawa acara.
“Dewan juri yang terhormat. Itulah tadi penampilan peserta lomba terakhir. Untuk itu para dewan juri segera meninggalkan tempat untuk bersidang menentukan para juaranya. Dan untuk mengisi jeda waktu, kini kami panggil tokoh tegalan yang namanya tak asing lagi bagi kita semua untuk membawakan lagu-lagu ciptaannya. Inilah dia, lelaki penghibur Lanang Setiawan…..”
Bola mata Pak Hery melirik ke arahku sambil tersenyum. Aku tak tahu perasaan apa yang sedang berkecamuk di dalam dada. Aku maju menuju panggung. Disket program aransemen lagu aku serahkan pada player Heppy. Disket kemudian dimasukan ke kyboth, Heppy memilih judul laguku.
“Judul lagune apa mas?” kata Heppy.
“Cinta Pendem” kataku.
Tak lama aransemen musik merayap. Aku pun menyanyi dan Hery Soelistyawan menepati janji menyawerku 100 ribu. Demikian pula ketika aku menyanyikan lagu ‘Ngebet Kesumat’ aku mendapatkan sawer dari seorang wanita yang turut berjoged denganku memberikan sawer 10 ribu. Pada saat itu para perempuan pada ikut jogged karena aku beraksi laksana Mick Jagger yang berari kesana-kemari seperti awan-awan putih berarak. Demikian menghebohkan sampai-sampai aku naik di atas meja yang ada di atas panggung. Aku juga saat berduet lagu ‘Ngebet Kesumat’ dengan Ita aku peluk pinggannya. Orang-orang besorak.


KETERANGAN FOTO : Sekda Kabupaten Tegal Hery Soelistyawan.




Tidak ada komentar: